CERITA HUMOR KYAI
Sarjana Bid’ah
Seorang tamu datang ke rumah kiai.
Setelah panjang lebar ternyata ia mengajak kiai bergabung dengan
organisasi yang diikutinya.
“Kiai, Anda ikut gabung saja ke ormas saya karena hanya ini yang
sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Ada orang dari Jawa Timur gabung juga
lho, dia Sarjana,” kata tamu tadi.
“Saya masih ragu dengan ormas yang anda ikuti,” jawab kiai.
“Loh kenapa kiai” tanya si tamu.
“Karena saya bukan sarjana. Apa hubungannya dengan sarjana atau tidak?
Lagian Nabi sendiri gak bertitel Sarjana lho” Jawab kiai dengan santai.
Si tamu malu dan langsung mencari cara biar
bisa pamit pulang.
Shalat “Jenazah” Dzhuhur
Seseorang meninggal. Lalu, keluarganya meminta pak kiai
untuk menyalatkan. Padahal yang bersangkutan tidak beragama Islam, dan jenazah
non Islam tidak perlu dishalatkan. Tapi pak kiai pun mengiyakan saja.
Mungkin pak kiai menyanggupi permintaan itu untuk
menghormati, karena keluarga jenazah tidak tahu ketentuan perihal shalat
jenazah. Pak kiai pun punya maksud tersendiri.
Ketika memasuki waktu dluhur, pak kiai beserta tigapuluh
santrinya pun datang ke rumah keluarga duka. Pak kiai bersiap-siap menjadi imam
shalat di samping jenazah. Ketigapuluh santrinya bersiap-siap di belakang pak
kiai dengan berjajar tiga shaf seperti shalat pada umumnya.
Karena jenazah non muslim tidak perlu dishalatkan,
sebelumnya pak kiai meminta para santrinya berniat mengerjakan shalat dzuhur.
Santrinya pun mengikuti perintah kiainya. Shalat dilakukan empat rakaat dengan
dengan ruku’ dan sujud seperti shalat biasa. Keluarga duka tidak terlalu paham
perihal ini.
Setelah selesai shalat, pihak keluarga keheranan dan
bertanya, “Pak kiai, kenapa shalatnya kok lama sekali? Terus kok ada
sujudnya segala pak kiai?”
Kata pak kiai, “Biasanya kan cuma sebentar. Kalau ini lebih
lama jadi lebih afdhol. Jadi pahalanya juga tambah banyak”.
“Oh begitu ya pak kiai,” jawab
keluarga tersebut. Para santri ikut tersenyum, dan keluarga duka pun senang.
Jenderal Takut Istri
Para jenderal di jaman
Orde Baru terbagi dalam dua kelompok, kata Gus Dur. Pertama jenderal yang takut
istri. Kedua jendral yang tidak takut istri.
Dalam setiap pertemuan
mereka selalu memisahkan diri. Jenderal yang takut istri berada di sebelah sisi
ruangan. Sementara jenderal yang tidak takut istri berada di sisi lain.
Suatu ketika dalam
suatu pertemuan ada seorang jenderal yang mestinya tergabung dalam kelompok
jenderal takut istri duduk bersama kelompok jenderal yang tidak takut istri.
Teman-temannya, para
jenderal yang takut istri protes. “Eh kenapa kamu duduknya di situ bareng
jenderal yang tidak takut istri? Memangnya sekarang kamu sudah berani sama
istrimu?”
Kata si jenderal, “Wah
nggak tahu deh. Saya disuruh istri saya duduk di sini! ya saya duduk saja.”
-==================================================================================
Presiden Gus Dur
pernah bercerita kepada salah seorang menterinya Mahfud MD tentang orang Madura
yang banyak akal dan cerdik.
Ceritanya begini: Ada
seorang tukang becak asal Madura yang kepergok seorang polisi ketika memasuki
kawasan “Becak dilarang masuk”.
Tukang becak itu
nyelonong, dan polisi pun datang menyemprit.
“Apa kamu tidak
melihat gambar itu? Becak tak boleh masuk jalan ini,” kata polisi itu
membentak.
“Oh saya lihat pak,
tapi itu kan gambarnya becak kosong tidak ada orangnya. Becak saya kan ada
orangnya, berarti boleh masuk,” jawab si tukang becak.
“Bodoh, apa kamu tidak
bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisan becak dilarang masuk!” bentak
Pak polisi lagi.
“Tidak pak, saya tidak bisa baca. Kalau saya bisa baca ya saya pasti
jadi polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak begini,” jawab si tukang
becak cengengesan.
Mazhab Enakiyyah
Dukun Bola
Gila NU
Shalat Dzuhur dan
Ashar di Makkah tanpa Fatihah
Rahasia Kecerdasan Gus
Dur
Doa Qunut
Akibat Korban Kambing
Tentang Poligami
(Lagi)
Menjelang Ramadhan,
seperti biasa warga di Kampung Maju Mundur membicarakan kapan mulai puasa
Ramadhan. Tak terkecuali, Joko, Mahmud, dan beberapa kawan-kawanya juga ikut
membicarakannya.
Joko : Kamu ikut puasa
mana kang?
Mahmud : Kalau aku sih
seperti biasa, menunggu pengumuman keputusan dari PBNU. Kamu sendiri?
Joko : Aku, sih ikut
pemerintah saja.
Ahmad : tapi
dengar-dengar tahun ini, awal puasanya bareng, kang?
Mahmud : oh, iya.
Kapan kang?
Ahmad : ya, sama-sama
tanggal 1 Ramadhan... hehe
Mahmud : hehe kalau
itu sih sudah jelas. Lha kamu sendiri ikut mana, kang?
Ahmad : Kalau saya
sih, ikut ‘mazhab enakiyyah’ saja.
Joko : Apa itu?
Ahmad : Ya itu, yang
awal puasanya paling akhir, terus lebaran paling awal hehe
Mahmud : hehe semprul
kamu, kang!
Otong merupakan santri
yang suka melakukan tarling (tarawih keliling), suatu ketika ia shalat di
masjid yang kebetulan kultum tarawihnya lama, Otong pun mendengarkan ceramah
tersebut sampai ngatuk.
Saat kotak amal
sedekah lewat didepanya, Otong pun kaget, dan ia pun langsung merogoh saku
belakang celananya, terus ia membuka dompetnya dalam keadaan ngatuk berat,
Kemudian ia mengeluarkan uang Rp.2.000 dan memasukkannya ke kotak amal
tersebut.
Tiba-tiba seorang
kakek yang duduk dibelakangnya, menyodorkan uang Rp.150.000 kepadanya. Ia pun
tanpa ragu-ragu memasukkan uang itu ke dalam kotak amal sambil tersenyum kagum
kepada kakek tersebut, dan hatinya berkata wow hebat kakek ini.
Setelah kotak amal
berlalu, si kakek menepuk pundak Otong dan berkata, “Kang, uang tadi itu jatuh
dari dompetmu”, Otongpun kaget dan kecewa berat...waduuh.
Pada suatu hari Pak
Tejo mengumandangkan adzan tidak seperti biasanya. Dia adzan pada jam 09.00
WIB. Mendengar adzan jam segitu, warga pun heboh.
Ada yang menuding
bahwa Pak Tejo udah pikun ada juga yang bilang Pak Tejo udah sinting. Akhirnya
warga lapor Pak RT diteruskan ke Pak RW dan ke Pak Lurah. Mereka berbondong-bondong
ke masjid tempat Pak Tejo adzan.
Sementara Pak Tejo
masih belum selesai adzan, warga berteriak minta Pak Tejo berhenti adzan. “Hei
Pak Tejo! Sampean udah gila ya, ko’ adzan jam segini?”
Setelah selesai adzan
Pak Tejo menghampiri warga seraya berkata: “Wahai saudara-saudara, Pak RT, Pak
RW, serta Pak Lurah!, yang sinting itu sebenarnya siapa? Lha wong saya tadi
adzan Shubuh sampean semua tidak ada yang ke sini (masjid), pas saya adzan jam
09.00 sampean semua pada datang ke sini. Hayoo siapa yang sinting?”
“Makanya kalau saya
adzan shubuh sampean ke sini semua biar saya tidak adzan jam 09.00.”
Warga pun akhirnya pulang seraya berjanji untuk memakmurkan masjidnya.
(Qurratu Aini - Probolinggo)
Komentar
Posting Komentar